Sabtu, 31 Desember 2016

The True Story


Kun Fayakun....Jadilah Taliwang Assyafia


Bermula dari sebuah Impian...

Berawal dari sebuah ide dan gagasan sederhana....
Bermodalkan Keyakinan, Kemauan, Semangat dan Keberanian...
Berdasarkan pengalaman pernah berkali-kali “jatuh”, “tertipu”, mengalami kerugian dan musibah...
Akhirnya tercapai juga apa yang kami cita-citakan, mewujudkan sebuah usaha mandiri.
Walaupun masih berskala kecil dan bentuk yang sederhana...
Atas ijin dan ridho-Nya, berdirilah Rumah Makan dan Lesehan Taliwang Assyafia...
Dengan ikhtiar tiada henti, insyaAllah akan terus berkembang dan kelak akan menjadi Legenda bagi penerusnya. 



To be continue...

Rabu, 28 Desember 2016

WANITA PEBISNIS

Mungkinkah Wanita Berbisnis?

Mendapatkan pertanyaan seperti ini, kebanyakan orang akan membayangkan seabrek tugas dan kewajiban seorang wanita dalam rumah tangga. Dari mengurus keperluan suaminya, anak-anaknya dan rutinitas rumah tangga lainnya. Sehingga orang akan berpikir, rasanya tidak mungkin wanita berbisnis. Apalagi jika melihat kesibukan para wanita yang bekerja di luar rumah, keyakinan bahwa wanita tidak bisa berbisnis, akan semakin kuat.
Namun benarkah wanita tidak bisa berbisnis ? BISA ! Sekali lagi BISA ! Sejak dicetuskannya emansipasi wanita oleh RA Kartini hingga sekarang dengan kemajuan teknologi informasi, sudah banyak sekali wanita-wanita yang sukses dengan bisnisnya dalam berbagai bidang.
Bagaimana jika wanita menjadi pegawai ? Hal inilah yang akan terjadi. Ia harus menyesuaikan dirinya dengan sistem di perusahaan tempat ia bekerja. Sehingga dalam pandangan orang lain, wanita tersebut sibuknya bukan main, tidak ada waktu untuk keluarga dan kurang bisa memberikan kasih sayangnya kepada anak-anaknya
Bagaimana dengan wanita yang berbisnis ? Wanita pebisnis berbeda dengan wanita pegawai. Wanita pebisnis adalah pemilik bisnis. Ia pemilik sistem, yang bebas mengatur sistem tersebut sesuai dengan keinginannya. Ia bukan orang yang terikat dengan sistem. Inilah yang menjadikan wanita pebisnis menjadi wanita yang bebas mengatur dirinya sendiri.
Dengan ini pula, belum tentu benar, jika ada orang mengatakan bahwa menjadi wanita pebisnis itu sibuk. Sibuk tidaknya wanita pebisnis, tergantung dirinya sendiri. Jika ia ingin sibuk, bisa. Namun jika ia ingin berlibur, tidak menjadi masalah. Karena ialah pemilik bisnis dan sistemnya. Ia bisa menjalankan bisnisnya sendiri ataupun menyewa tenaga profesional untuk menjalankan sistem bisnis yang telah dibuatnya. Yang sibuk tentu saja adalah, wanita yang bekerja pada bisnis orang lain.

"Jangan pernah berhenti untuk belajar sepanjang Anda masih bernapas. Dunia selalu berubah, demikian juga bisnis selalu berkembang. Jika Anda berhenti belajar, Anda akan rugi dan kesuksesan yang Anda impikan hanyalah impian semata" 


Apa itu Pebisnis?

Dr. Renald Kasali mendefinisikan pebisnis/pengusaha itu adalah seseorang yang menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah, memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyanya dibangun berkelanjutan dan dilembagakan agar kelak dapat bekerja dengan efektif di tangan orang lain. 
Dari definisi di atas, Anda bisa memahami unsur-unsur yang membedakan antara pebisnis/pengusaha dengan orang biasa, diantaranya :
1. Adanya gagasan baru (inovasi) 
Inilah yang membuat pengusaha selalu tampil dengan gagasan-gagasan baru yang segar, melawan arus pemikiran orang banyak atau kreatif. Ia pandai membaca dam menangkap peluang usaha.

2. Keberanian mengambil resiko
Seorang pebisnis berani memulai sesuatu yang serba tidak pasti dan penuh resiko. Dalam hal ini, tentu tidak semua resiko diambil, melainkan hanya resiko yang telah diperhitungkan secara cermat (calculated risk). Yang harus Anda sadari adalah bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini mengandung resiko, tergantung besar kecilnya resiko tersebut. Yang membedakan antara satu orang dengan yang lainnya adalah bagaimana ia menghadapi resiko dalam kehidupannya.

3. Memberi manfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri saja, tapi juga orang lain
Bukanlah sikap seorang pebisnis sejati menumpuk kekayaan semata tanpa peduli nasib orang lain dan
lingkungannya. Seorang pebisnis memberikan manfaat kepada orang lain melalui : penciptaan lapangan
kerja, penciptaan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, keteladanan, dan lain-lain.

4. Usahanya dilakukan bersama team dan dilembagakan
Seorang pebisnis sejati tidaklah melakukan usahanya sendirian. Ia mempunyai tim yang solid. Jumlah tim yang dimilikinya biasanya sesuai dengan besar kecilnya usaha. Semakin besar usaha, maka semakin banyak pula jumlah tim yang dimilikinya. Dan tentu saja, semakin banyak pula jumlah karyawannya. 

SEMUA WANITA BISA MEMBANGUN BISNISNYA

Membangun bisnis tidaklah mudah, namun tidak sesulit yang dibayangkan. Karena setiap orang bisa belajar membangun bisnisnya Semua wanita bisa membangun bisnis, termasuk Anda. Orang tidak bisa membangun bisnis karena mereka tidak mau, bukan tidak mampu.
Beberapa alasan yang mendasari bahwa semua wanita bisa membangun bisnis adalah ;
1. Setiap wanita  memiliki cita-cita hidup 
Setiap wanita pasti memiliki cita-cita hidup. Cita-cita hidup tersebut akan mendorong ia untuk bekerja dalam rangka mewujudkannya. Hambatan (obstacle), kesulitan (hardship) dan hasil (reward) dialami dalam meraih cita-cita, dan hal ini telah dialami oleh semua manusia. Hambatan, kesulitan dan hasil adalah proses yang juga dialami oleh para pebisnis.

2. Membangun bisnis dapat dipelajari 
Setiap orang yang memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dapat belajar menjadi pebisnis/wirausaha, dan berperilaku seperti wirausaha. Sebab kewirausahaan lebih merupakan perilaku daripada gejala kepribadian, yang dasarnya terletak pada konsep dan teori, bukan pada intuisi. Perilaku, konsep, dan teori merupakan hal-hal yang dapat dipelajari oleh siapapun juga. Sepanjang kita bersedia membuka hati dan pikiran untuk belajar, maka kesempatan untuk menjadi wirausaha tetap terbuka. Sepanjang kita sadar bahwa belajar pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berkelanjutan, yang tidak selalu berarti dimulai dan berakhir di sekolah atau universitas tertentu, tetapi dapat dilakukan seumur hidup, dimana saja dan kapan saja (saya menyebutnya Sekolah Besar Kehidupan), maka belajar berwirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk wanita.

3. Para pemilik binsis adalah menusia biasa 
Para pemilik bisnis adalah manusia biasa, seperti Anda. Tidak ada yang membedakan mereka dengan orang kebanyakan, kecuali perilaku dan tindakannya.

4. Kiat-kiat sukses bisnis  adalah sederhana 
Kiat dan strategi kesuksesan dalam bisnis ternyata sangat sederhana. Semua orang bisa mengikutinya, termasuk Anda.

5. Bisnis berhubungan dengan kepemimpinan.  
Kepemimpinan adalah untuk semua orang. Artinya Anda telah dilahirkan sebagai seorang pemimpin. Baik dalam skala kecil maupun besar. Minimal Anda adalah pemimpin bagi keluarga atau anak Anda.
Anda adalah pemimpin dan ketrampilan kepemimpinan dapat dikembangkan oleh semua orang

6. Wanita memiliki bakat alami untuk berbisnis
Ada beberapa bakat alami yang dimiliki wanita yang sangat membantu kesuksesan dalam berbisnis. Bakat alami tersebut antara lain : kesabaran, kelembutan, komunikatif, ketelitian, dan lain-lain. Semua hal tersebut sangat menunjang kesuksesan dalam bisnis.

Semua orang bisa membangun bisnis. Andapun bisa membangun bisnis. Namun semuanya tergantung pada anda sendiri, mau apa tidak ??? 

INGIN CEPAT KAYA ? MILIKILAH BISNIS SENDIRI !!
Ingin Cepat Kaya ? Milikilah bisnis sendiri..! Bahwa jalan satu-satunya untuk cepat kaya, bagi Anda yang saat ini belum memiliki banyak uang adalah dengan memiliki bisnis sendiri. Saya tidak mengatakan tidak ada cara lain untuk menjadi kaya.. Ada cara lain untuk bisa menjadi kaya, tapi cara itu sangat lambat. Saya yakin Anda ingin memilih jalur cepat untuk menjadi kaya.
Setiap orang pasti ingin kaya. Dan ia pasti ingin jalur cepat untuk meraihnya. Jalur cepat kaya satu-satunya untuk menjadi kaya saat ini, hanyalah dengan memiliki bisnis sendiri.

"Dukungan keluarga adalah hal yang sangat penting ketika seorang wanita ingin berbisnis/berwirausaha"





Minggu, 25 Desember 2016

Sejarah Kuliner Ayam Taliwang

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KULINER AYAM TALIWANG





Salah satu unsur warisan budaya kuliner yang menjadi ikon makanan khas masyarakat Suku Sasak di Lombok-Nusa Tenggara Barat ialah ayam taliwang. Ciri khas kuliner ayam taliwang berupa olahan ayam kampung muda diramu dengan bumbu-bumbu tertentu sehingga memberikan cita rasa yang kuat. Penyajiannya selalu disertai plecing kangkung dan beberuk terong.
Perkembangan tradisi kuliner ayam taliwang di Lombok, erat kaitannya dengan keberadaan masyarakat Karang Taliwang di Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Masyarakat Karang Taliwang merupakan yang pertama kali memperkenalkan kuliner ayam taliwang. Mereka mengolah ayam menjadi makanan khas yang kemudian disebut sebagai ayam taliwang.
Kemunculan ayam taliwang sendiri pertama kali pada saat terjadi perang antara Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Karangasem Bali. Pada masa itu pasukan Kerajaan Taliwang didatangkan ke Lombok untuk membantu Kerajaan Selaparang yang mendapat serangan dari kerajaan Karangasem Bali. Orang-orang Taliwang yang bertugas sebagai pendamai tersebut ditempatkan di suatu wilayah yang diberi nama Karang Taliwang sesuai dengan tempat mereka. Tugas orang-orang Taliwang ini adalah melakukan pendekatan dengan Raja Karangasem agar pertempuran yang menelan banyak kerugian nyawa dan harta benda tidak berlanjut. Dalam misi perdamaian itu ikut serta para pemuka Agama Islam, juru kuda  dan juru masak. Masing-masing memiliki tugas tersendiri.  Pemuka agama bertugas memberi tuntunan kehidupan kepada masyarakat dan melakukan pendekatan dengan Raja Karangasem. Juru kuda bertugas menjaga dan memilihara kuda. Juru masak bertugas menyiapkan logistik.
Sejalan dengan tugas dan misi yang dijalankan, para juru masak dari Kerajaan Taliwang itu melakukan tugasnya dengan baik. Mereka mengolah dan memasak berbagai bahan makanan menjadi santapan para peminpin perang beserta para prajurit. Salah satunya adalah pembuatan ayam bakar dengan campuran bumbu-bumbu tertentu sesuai selera dan tradisi masyarakat bersangkutan. Bumbu-bumbu yang digunakan berasal dari hasil alam sekitarnya seperti bawang merah, bawang putih, cabai, garam, dan terasi. Pada masa itu hasil olahan ayam merupakan makanan istimewa yang digunakan sebagai hidangan pada saat-saat tertentu dan hanya untuk pemenuhan konsumsi sendiri.
Seiring berjalannya waktu, terjadi pembauran antara masyarakat Karang Taliwang dengan masyarakat Sasak. Pembauran yang dominan adalah mengadopsi berbagai bentuk pengetahuan dan tatacara kehidupan sehari-hari. Misalnya pada pola makan dan pengolahan bahan makanan. Dalam hal pola makan dan jenis makanan yang diolah cenderung mengadopsi budaya masyarakat Sasak yang menyukai masakan pedas. Daging ayam diolah menjadi ayam pelalah dengan citarasa pedas. Ayam pelalah inilah yang menjadi cikal bakal dari ayam taliwang.
Perkembangan Kuliner Ayam Taliwang
Pembuatan ayam bakar taliwang untuk komoditas lokal atau dijual pada masyarakat sekitar dimulai oleh seorang ibu bernama Nini Manawiyah atau Papin Manawiwah. Pagi hingga siang hari Manawiyah berjualan nasi ayam pelalah di rumahnya di Karang Taliwang. Kemudian pada sore hingga malam menjelang subuh berjualan secara bakulan di Pasar Cakranegara. Menu yang disajikan terdiri atas nasi, ayam bakar pelalah dan beberuk. Masakan ayam bakar Manawiyah dikenal enak dan banyak dicari oleh para pelanggannya. Tidak mengherankan jika kemudian nasi ayam Manawiyah mulai tenar di Kota Mataram. Kebetulan Manawiyah berasal dari Karang Taliwang, sehingga pelanggan yang sering membeli nasi di pada Manawiyah menyebutnya dengan nasi ayam taliwang.
Ketenaran ayam taliwang sudah dikenal sejak tahun 1960-an. Konon, salah satu pahlawan Revolusi Indonesia, Jenderal Ahmad Yani pernah singgah makan di warung nasi ayam Nini Manawiyah di Karang Taliwang. Tidak lama setelah itu dikabarkan bahwa Jenderal Ahmad Yani meninggal akibat G 30 S/ PKI. Kedatangan jenderal A. Yani di warung nasi Nini Manawiyah menjadi tonggak peristiwa bahwa ayam pelalah yang merupakan asal muasal ayam taliwang telah mulai dijual sekitar tahun 1960-an.
Seiring perjalanan waktu, usia Nini Manawiyah semakin uzur. Kiprahnya sebagai penjual ayam pelalah mengalami masa surut. Mengingat waktu berjualan yang hanya pada malam hari dan usianya yang semakin tua, intensitas penjualan ayam taliwang Nini Manawiyah pun semakin menyusut. Berbarengan dengan keadaan demikian, Dea Papin Haji Ahmad Moerad mencoba membuka usaha warung makan bersama istrinya Hajjah Salmah pada tahun 1967. Selain karena terbatasnya pedagang warung nasi ayam di Pasar Cakranegara, niat membuka warung makan disebabkan karena usaha Papin Haji Achmad Moerad sebagai pengekspor sapi ke Singapura mengalami kemunduran. Kondisi demikian, disikapi dengan mencoba membuka warung nasi ayam pelalah. Papin Haji Achmad Moerad beserta istri mulai mencoba meracik bumbu untuk dioleskan pada ayam bakar. Hasilnya dikirim kepada teman-teman beliau untuk dicicipi. Ternyata, mendapat respon positif dan menyatakan ayam bakar Haji Moerad rasanya enak. Kemudian Dea Papin Haji Ahmad Moerad bersama istrinya mulai mantap membuka warung nasi ayam taliwang di pasar Cakranegara.
Warung nasi Papin Haji Ahmad Moerad mula-mula hanya sebuah warung kaki lima yang terletak di sisi barat kompleks Pasar Cakranegara  yakni di sekitar Jalan A. A. Gde Ngurah Cakranegara Mataram sekarang. Lambat-laun warung makannya semakin ramai dikunjungi pelanggan. Sama halnya dengan ayam pelalah yang dijual Nini Manawiyah, ayam pelalah yang dijual di warung nasi ayam papin Ahmad Moerad juga dikenal sebagai nasi ayam taliwang karena Dea papin Haji Achmad Moerad berasal dari Karang Taliwang.
Setelah Nini Manawiyah dan Dea Papin Haji Achmad Moerad, banyak masyarakat Karang Taliwang yang membuka usaha warung nasi ayam taliwang. Tokoh-tokoh yang merintis usaha kuliner ayam taliwang dapat dikategorikan sebagai berikut;
  1. Industri rumah tangga, dimulai sekitar tahun 1950-1960-an oleh Nini atau Papin Manawiyah. Usaha rumahan ini awalnya hanya berjualan nasi bakulan dan bersifat industri rumah tangga dalam sekala kecil. Di jula di kampung atau di pasar, dengan menu sangat sederhana berupa ayam bakar dengan beberuk.
  2. Rumah makan, dimulai sekitar tahun 1967 oleh Dea Papin Achmad Moerad. Usaha ini sudah bergerak dalam sekala yang lebih besar dan memiliki tempat usaha yang tetap, meskipun awalnya berupa warung kaki, namun tidak lama kemudian berkembang menjadi rumah makan. Menu yang awalnya juga sangat sederhana berupa nasi ayam dan beberuk, namun perkembangan usaha yang pesat dan sesuai dengan permintaan pasar menu yang disajikan semakin bervariasi.
  3. Warung Tenda mulai dikenal tahun 1970-an dimulai oleh Haji Abdul Hamid. Warung tenda dimulai berkembang sekitar tahun 1975, dibuka di stanplat (stasius bus) yang ada di kota Mataram. Sampai saat ini warung tenda tetap berkembang dan banyak ditemukan di beberapa kawasan pusat perekonomian di Kota Mataran seperti di sepanjang Jalan Pejanggik.
  4. Lesehan atau Restoran dimulai sekitar tahun 1980-an, oleh keturunan Papin Achmad Murad diawali oleh Bapak Haji Hasbullah kemudian diikuti oleh Haji Moehibin Moerad. Pembangunan warung makan lesehan dan restoran merupakan bentuk realisasi kepentingan industri pariwasata. Sebab sejak tahun 1980-an ayam taliwang digunakan sebagai salah satu wisata kuliner di Pulau Lombok.
Sumber: Inventarisasi Perlindungan Karya Budaya Kuliner BPNB Bali, NTB, NTT Tahun 2014

Lesehan Taliwang Assyafia